Tesis Antropologi
Disusun oleh: Almira Rianty
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Program Studi Antropologi
Abstraksi:
Migrasi di Indonesia, yang dikenal juga sebagai merantau,
tidak lagi didominasi oleh kelompok masyarakat tertentu, seperti Minangkabau,
Aceh, dan Bugis. Merantau juga dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sasak, dan Flores. Di samping itu, merantau juga tidak didominasi
oleh laki-laki, tetapi juga perempuan. Daerah tujuan merantau tidak lagi
melintasi batas regional, melainkan juga internasional. Dengan adanya berbagai
karakteristik tersebut, maka studi tentang migrasi, atau dalam hal ini
merantau, tidak cukup jika hanya dikaji dengan pendekatan klasik yaitu
pendekatan push-pull factor. Oleh karena itu, studi ini mencoba memberikan
alternatif pendekatan untuk mengkaji persoalan ini, yaitu dengan pendekatan
budaya.
Tujuan studi ini adalah mengungkap makna merantau (migrasi)
pada masyarakat Motean yang tinggal di sekitar Segara Anakan, Cilacap. Dengan menelusuri
jejak para perantau yaitu melalui kisah pengalaman merantau. Studi ini sampai
pada kesimpulan bahwa merantau pada masyarakat Motean adalah refleksi ideologi
gender. Ada
beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tema
merantau. Pertimbangan tersebut dibentuk dari pemahaman individu tentang nilai
sosial dan budaya di Motean, khususnya nilai-nilai gender. Singkatnya, simbol
feminin dan maskulin menyelimuti seluruh aspek kehidupan masyarakat Motean,
termasuk juga merantau.
Studi ini dilakukan di Pulau Motean yang termasuk dalam
wilayah Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Propinsi
Jawa Tengah. Cukup banyak remaja laki-laki dan perempuan meninggalkan rumah untuk
merantau baik dalam waktu yang sebentar maupun lama. Jakarta,
Bandung, Batam,
Malaysia, dan
laut lepas adalah rantau yang dipilih oleh mereka.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
observasi dan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data.
No comments:
Post a Comment